Kamu pernah
berada di fase ketika semesta tidak adil?
Berkali-kali kamu dihancurkan meski banyak luka yang belum kunjung pulih.
Ingin menangis tetapi tidak bisa, karena sebelumnya kamu tidak pernah serapuh ini.
Ingin sekali berteriak untuk melepas sesak.
Ingin menangis untuk melepas sakit.
Dan ingin mempunyai teman untuk berbagi rasa yang kosong.
Berkali-kali kamu dihancurkan meski banyak luka yang belum kunjung pulih.
Ingin menangis tetapi tidak bisa, karena sebelumnya kamu tidak pernah serapuh ini.
Ingin sekali berteriak untuk melepas sesak.
Ingin menangis untuk melepas sakit.
Dan ingin mempunyai teman untuk berbagi rasa yang kosong.
Terlepas dari semua rasa ingin, sepertinya tidur
adalah obat terbaik.
Melepas peran dari drama semesta yang rumit.
Membuat
cerita kehidupan baru yang sangat cantik dan senyum-mu menjadi sampulnya.
Tetapi
lagi-lagi semesta bersorai, menertawakan penyakit yang timbul karena perannya.
Kamu
terjaga sepanjang malam.
Ini adalah
kesekian kalinya Sang Surya menyambutmu.
Masih dengan rasa yang sama, dunia berputar
dan buram.
Tidak ada waktu untuk menatap tumpukan gambar untuk kata fajar.
Semesta
memaksamu menatap lagi tempat yang tidak ingin kamu datangi.
Bukan karena
tempatnya, tetapi ilusi sesak yang tercipta disana.
Fisik dan mentalmu menjadi tumbal untuk semesta.
Perlahan, dengan sangat hati- hati kamu tidak lagi mengenal siapa kamu.
Ragu untuk berjalan, ragu untuk mengucap kata, dan ragu untuk percaya pada kamu.
Semesta tersenyum tipis menyaksikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar