Minggu, 07 Juni 2020

Kata Semesta si Antagonis



Kamu pernah berada di fase ketika semesta tidak adil? 
Berkali-kali kamu dihancurkan meski banyak luka yang belum kunjung pulih. 
Ingin menangis tetapi tidak bisa, karena sebelumnya kamu tidak pernah serapuh ini. 
Ingin sekali berteriak untuk melepas sesak. 
Ingin menangis untuk melepas sakit. 
Dan ingin mempunyai teman untuk berbagi rasa yang kosong. 


Terlepas dari semua rasa ingin, sepertinya tidur adalah obat terbaik. 
Melepas peran dari drama semesta yang rumit. 
Membuat cerita kehidupan baru yang sangat cantik dan senyum-mu menjadi sampulnya. 
Tetapi lagi-lagi semesta bersorai, menertawakan penyakit yang timbul karena perannya. 
Kamu terjaga sepanjang malam.


Ini adalah kesekian kalinya Sang Surya menyambutmu. 
Masih dengan rasa yang sama, dunia berputar dan buram. 
Tidak ada waktu untuk menatap tumpukan gambar untuk kata fajar. 
Semesta memaksamu menatap lagi tempat yang tidak ingin kamu datangi. 
Bukan karena tempatnya, tetapi ilusi sesak yang tercipta disana.


Fisik dan mentalmu menjadi tumbal untuk semesta.
Perlahan, dengan sangat hati- hati kamu tidak lagi mengenal siapa kamu.
Ragu untuk berjalan, ragu untuk mengucap kata, dan ragu untuk percaya pada kamu.

Semesta tersenyum tipis menyaksikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar